Minggu, 02 Januari 2011

ISBN:HAMBATAN BELAJAR

Belajar adalah kebutuhan dasar bagi seorang manusia. Seorang manusia yang baik, tentunya akan selalu belajar setiap saat. Tetapi sayangnya, belajar bagi sebagian dari kita adalah sesuatu hal yang berat. Pada artikel ini akan dijelaskan beberapa hal yang menyebabkan belajar menjadi sesuatu yang berat. Belajar yang dimaksud dalam artikel ini adalah belajar untuk kepentingan akademik, walaupun beberapa alasan berkaitan dengan alasan umum mengenai keengganan belajar.
Banyak hal yang dapat menghambat belajar, sehingga terkesan belajar adalah sesuatu yang berat dan belajar adalah hal yang tidak menyenangkan, atau bahkan merasa tertekan ketika harus belajar. Apa sebenarnya yang membuat belajar menjadi momok bagi sebagian orang? Bukankah seharusnya belajar adalah sesuatu yang menyenangkan? Bagaimana agar belajar menjadi suatu kebutuhan dan merasa nyaman dengan belajar?
Banyak hal yang bisa kita gali dari pertanyaan, hambatan-hambatan apa saja yang menyebabkan belajar menjadi momok bagi sebagain orang? Alasan apa yang mengakibatkan belajar adalah suatu hal yang berat? Ketika dihadapkan dengan pertanyaan ini, akan timbul beberapa ide, yang sebenarnya alasan mengapa kita enggan belajar. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hambatan umum dalam belajar bagi sebagian orang.

Hambatan belajar yang mengakibatkan belajar adalah sesuatu yang berat boleh jadi berasal dari diri si pembelajar, hambatan ini kemudian disebut sebagai hambatan internal. Dan boleh jadi, hambatan belajar yang mengakibatkan belajar adalah sesuatu yang berat berasal dari lingkungan tempat si pembelelajar atau dari luar diri si pembelajar, hal ini kemudian disebut sebagai hambatan eksternal.
Hambatan internal adalah faktor-faktor yang menyebabkan belajar adalah sesuatu yang berat yang berasal dari dalam pembelajar.
Pertama adalah kondisi psikologis saat Anda belajar. Saat Anda belajar, seharusnya Anda berada dalam keadaan yang rileks dan siap menerima materi pelajaran. Kondisi ini diibaratkan sebuah gelas kosong siap diisi air. Gelas kosong tersebut tentunya dalam keadaan tidak terbalik. Jika gelas kosong dalam keadaan terbalik, maka air yang dikucurkan tidak pernah akan masuk ke dalam gelas. Kondisi gelas yang benar diibaratkan konsidi psikologis Anda yang siap belajar, siap menerima kucuran ilmu. Sedangkan kondisi gelas yang terbalik itu diibaratkan kondisi ketika Anda tidak siap belajar, dan Anda tidak akan mendapatkan ilmu ketika Anda paksakan belajar.
Kedua, kejenuhan belajar. Pernahkan Anda merasakan kejenuhan dalam belajar? Apa yang Anda rasakan ketika Anda dalam keadaan jenuh dan dipaksakan untuk belajar? Apakah materi yang Anda pelajari Anda fahami? Lalu sebenarnya apa sih jenuh dalam belajar itu? Bagaimana cara menguranginya atau bahkan menghilang kejenuhan dalam belajar?
Jenuh dalam belajar berarti belajar dalam waktu tertentu tetapi tidak mendatangkan hasil. Anda membaca, tetapi Anda tidak memahami apa yang Anda baca. Anda mendengar, tetapi pendengaran Anda hanya sebatas mendengar saja, tidak merekam, masuk kiri keluar kanan. Singkatnya, ketika Anda dalam keadaan jenuh, akan sangat sulit untuk mencapai kondisi konsentrasi, artinya tidak ada kerjasama yang baik antara indra yang terlibat dalam belajar dengan otak.
Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar menyatakan bahwa “penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda si pembelajar, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada pembelajar yang bersangkutan”. Menghindari keletihan adalah hal yang paling disarankan, agar ketika Anda belajar, berada pada kondisi yang benar-benar siap belajar. Kemudian jika keletihan telah melanda Anda, apa yang harus dilakukan atau jika hal itu belum muncul, apa yang bisa dilakukan untuk menghindarinya. Pada buku yang sama Muhibbin Syah menyarankan beberapa kiat yang dapat dilakukan, yaitu :
  • melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan mimuman yang bergizi dengan takaran yang lebih.
  • penjadwalan ulang kegiatan rutin Anda.
  • pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar.
Ketiga, tidak menyenangi subjek yang sedang dipelajari. Ketika Anda hendak mempelajari sesuatu, maka perasaan senang dululah yang terlebih dahulu Anda munculkan terhadap subjek yang akan dipelajari. Ketika muncul rasa tidak senang dalam diri Anda untuk mempelajari sesuatu, maka secara tidak sadar Anda telah menggerakkan otak Anda untuk menolak segala sesuatu yang berkaitan dengan subjek yang akan Anda pelajari.
Keempat, Tidak mengetahui manfaat yang sedang dipelajari. Setelah Anda menyenangi suatu pelajaran, maka tidak berhenti disitu saja. Jika Anda berpatokan ketika Anda menyenangi suatu pelajaran, maka Anda tidak akan merasa kesulitan dalam belajar, Anda salah total. Setelah Anda menyenanginya, Anda harus mencari tahu apa manfaat mempelajari suatu materi pelajaran untuk diri Anda. Tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut. Apa yang akan saya dapatkan jika saya mempelajari ini? Apakah pengetahuan yang saya dapatkan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari? Buat sebanyak mungkin kemungkinan jawaban, semakin banyak jawaban yang Anda buat, maka akan semakin membangkitkan motivasi dalam diri Anda.
Kelima, tingkat Intelektualitas. Faktor ini sebenarnya tidak mutlak menjadi hambat belajar. Semua manusia dilahirkan dengan membawa sebuah senjata berfikir yang sangat dasyat, otak. Tingkat intelektualitas bisa ditingkatkan dengan berbagai macam cara. Tinggal niatnya saja. Satu hal yang harus Anda ingat, bahwa dengan rajin, maka hambatan yang satu ini dapat dengan mudah untuk dienyahkan.
Gangguan-gangguan yang berasal dari luar individu si pembelajar dalam proses belajar disebut hambatan eksternal. Hambatan-hambatan ini sebisa mungkin dihindarkan atau setidaknya diminimalisir, sehingga proses belajar dalam berjalan dengan baik.
Pertama, Faktor lingkungan, berupa lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Karakter Anda akan dibentuk oleh lingkungan, bukan oleh faktor genetis. Walaupun berperan, faktor genetis, persentasinya cukup kecil untuk membentuk karakter Anda.
Lingkungan yang pertama kali Anda kenal dalam kehidupan Anda adalah lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluargalah, waktu kecil Anda habiskan. Jika kita kalkulasi jumlah waktu yang Anda habiskan dalam lingkungan keluarga, ternyata menempati porsi yang cukup besar. Jika lingkungan keluarga tidak kondusif untuk belajar, maka akan menjadi ancaman untuk kelangsungan prestasi akademik Anda. Banyak hal yang menyebabkan lingkungan keluarga menjadi tidak kondusif, diantara, orangtua yang kurang akur, perlakukan orangtua yang kurang bijak, suasana rumah yang terlalu gaduh karena banyaknya penghuni rumah dan banyak masalah lain yang menyebabkan Anda kesulitan belajar di lingkungan keluarga (rumah). Salah satu solusinya adalah, ketika Anda hendak belajar, sebaiknya Anda mencari tempat lain yang mendukung untuk belajar, misalnya jika disekitar rumah Anda terdapat masjid, Anda bisa gunakan salah satu sudut masjid untuk belajar, atau Anda bisa pergi ke perpustakaan daerah di kota Anda, atau Anda bisa ‘nebeng’ di rumah sabahat Anda, sekaligus Anda akan mendapatkan teman diskusi. Niscaya tempat-tempat tersebut akan lebih baik.
Lingkungan yang selanjutnya adalah lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan inilah Anda berinteraksi lebih luas. Dalam lingkungan inilah Anda bergaul dengan teman-teman sebaya Anda. Faktor lingkungan yang mempengaruhi belajar Anda adalah lingkungan itu sendiri dan teman-teman Anda. Lingkungan yang selalu bersih, tentunya berbeda dengan lingkungan yang kumuh. Anda akan nyaman dimana? Tentunya akan lebih nyaman jika berada di lingkungan yang bersih. Ini akan mempengaruhi kondisi psikologis Anda ketika melakukan sesuatu, termasuk belajar. Teman-teman Anda turut andil dalam membentuk karakter Anda. Jika Anda berteman dengan ‘berandalan’ maka Anda lambat laun menjadi seperti mereka. Tetapi sebaliknya jika Anda berteman dengan orang-orang yang selalu mendorong Anda untuk menjadi lebih baik, maka lambat laun Anda akan menjadi seperti mereka. Jadi berhati-hatilah memilih teman. Sekedar kenal tidak mengapa, tetapi jika harus sampai menjadi bagian dari mereka, pikirkan dahulu baik buruknya.
Lingkungan sekolah yang kurang baik juga akan mengakibatkan belajar menjadi sesuatu yang berat. Lingkungan sekolah yang dekat dengan pasar, terminal atau fasilitas umum lainnya yang banyak mengundang massa akan mengganggu kegiatan belajar. Selain itu kondisi bangunan yang rusak, akan membagi konsentrasi Anda ketika belajar. Faktor kualitas alat peraga –laboratorium– setidaknya untuk beberapa mata pelajaran adalah hal yang sangat penting.
Kedua, Guru yang kurang baik. Perlu dijelaskan disini, bahwa guru yang baik adalah bukan guru yang jenius. Anda mungkin pernah mendapatkan seorang guru yang katanya terlalu pintar, sehingga ketika Anda mengikuti pelajarannya yang terjadi adalah bingung, karena sang guru hanya berbicara dengan papan tulis. Bukan seperti itu guru yang baik. Guru yang baik justru guru yang dapat mentransferkan ilmu yang dimilikikan kepada Anda sebagai anak didiknya. Mentransferkan ilmu yang saya maksud adalah beliau mempunyai kemampuan untuk membuat anak didiknya menjadi paham terhadap subjek yang sedang dipelajari.
Ada sebagian siswa yang mendefinisikan guru yang baik adalah guru yang dengan mudah memberi nilai bagus kepada siswanya. Ini jelas keliru, jika hal ini terjadi, maka sang guru telah menodai kesucian pendidikan. Nilai hanya sebuah ukuran, dan nilai itu ditentukan oleh Anda sebagai siswa bukan oleh guru. Tugas guru hanya mengolah nilai bukan menentukan nilai. Jadi jika ingin mendapatkan nilai bagus untuk nilai raport Anda, maka berjuanglah untuk mendapatkan nilai bagus disetiap ujian.
Selain itu juga kondisi emosional guru, akan mempengaruhi berat tidaknya belajar yang Anda lakukan. Ada guru yang –oleh sebagian siswa diistilahkan dengan guru ‘killer’. Jika Anda mendapatkan guru yang demikian, ini akan mengakibatkan Anda enggan untuk berurusan dengannya. Dan akibatnya Anda akan cari aman. Belajar dengan guru seperti ini ada untung dan ada ruginya. Keuntungannya, walaupun terkadang Anda tidak merasakannya adalah Anda akan terpacu belajarnya, karena takut berurusan dengannya. Sedangkan kerugiannya adalah suasana belajar di kelas yang tegang. Untuk menghadapi hal-hal demikian, berpikir positiflah. Sebab tidak semua guru berkelakuan demikian, hanya beberapa saja. Jika Anda mendapatkan guru demikian, lihat sisi positifnya saja, jangan diambil pusing.
Ketiga, tidak ada bahan (materi) yang memadai. Bahan atau materi yang akan dipelajari mutlak harus tersedia. Bahan atau materi bisa didapatkan dari berbagai sumber, misalnya buku, media masa, halaman web ataupun dari pakar yang berkompeten dalam subjek yang akan Anda pelajari. Ketiadaan sumber materi akan menghambat proses belajar Anda.
Keempat, tingkat kesukaran subjek yang dipelajari. Pernahkan Anda berpikir, bahwa ketika Anda duduk di bangku SD merasa kesulitan untuk mempelajari suatu mata pelajaran. Sekarang, buka kembali catatan tentang subjek yang dulu Anda pelajari itu, dan pelajarilah. Bagaimana? Masih merasa kesulitan. Saya kira Anda akan mengatakan bahwa itu adalah hal yang cukup mudah.
Tingkat kesukaran subjek yang Anda pelajari ternyata adalah hal relatif. Maksudnya, jika menurut Anda hal itu adalah sesuatu yang sulit, rumit, memusingkan, maka menurut teman Anda mungkin itu adalah sesuatu yang mudah dan sederhana.
Jika suatu materi pelajaran yang menurut Anda sulit, tentunya hal ini Anda simpulkan setelah Anda mati-matian mempelajarinya, maka segera lakukan diskusi dengan teman, guru atau siapapun yang bisa Anda ajak diskusi guna memecahkan kebuntuan yang ada.
Kelima, faktor ekonomi. Banyak saudara kita yang terhimpit beban ekonomi yang kian mencekik, dengan terpaksa mengorbankan belajar untuk membantu orang tua. Banyak kita saksikan, mereka yang kekurangan dalam hal ekonomi mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi. Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi Anda yang hidup berkecukupan. Jangan sia-siakan setiap kesempatan belajar yang ada. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda berada dalam posisi mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar